Halo teman-teman! Bagaimana kabarnya? Baik-baik saja kan? Hehehe :D Pada postingan kali ini saya agak bingung mau mulai menulis dari apa di blog gado-gado saya setelah sudah lama gak update. Saya menulis ini karena ada tugas mata kuliah ISBD, yaitu menceritakan mitos ataupun legenda yang berlaku di suatu tempat atau masyarakat serta pesan moril yang terdapat di dalamnya. Saya pun bingung mau buat apa, sehingga saya terpikir untuk menceritakan pengalaman saya menangkap "ikan larangan" di kampung ayah saya yang sebenarnya sih ini cerita pada lebaran 2015 kemaren. Kayaknya udah basi ya kok baru nulis sekarang, wkwk. Nah, terus apa hubungannya dengan tugas ISBD saya? Apa mitos atau kepercayaan masyarakat setempat yang akan saya sampaikan? Kalau penasaran baca terus ya cerita saya ini.

Pada lebaran 2015, saya dan keluarga saya mudik ke kampung ayah saya di Nagari Ganggo Hilia, Kec. Bonjol Kab. Pasaman, Sumatera Barat. Bagi yang belum tahu arti nagari, nagari kira-kira sama dengan desa, yaitu daerah dibawah kecamatan. Bedanya kalo nagari ya desa adat (kalo kurang jelas bisa tanya mbah gugel). Langsung ke intinya, jadi pada tanggal 19 Juli di Nagari apa saya lupa, pokoknya sebelum museum imam bonjol kalau kita datang dari lupuk sikaping, buka larangan. Saya pun bertanya, larangan apa yang dibuka. Kata ayah saya buka larangan menangkap ikan. Jadi ayah saya, serta pak etek dan adik ayah saya pada sibuk tuh siapkan jala untuk menangkap ikan larangan. Jadi bagi teman-teman bertanya apa itu ikan larangan, ya ikan yan dilarang untuk ditangkap, wkwk.

  
Hari Pertama memancing ikan larangan orang-orang udah pada nyebur

FYI,  kata ayah saya di tiap jorong di Bonjol ataupun di tempat lain di sumbar ada batas-batasnya ikan gak boleh diambil selama setahun, atau pun ada dibeberapa jorong di suatu nagari yang ikannya itu tidak boleh diambil selamanya (jorong itu daerah di bawah nagari, mungkin kek dusun, rt/rw atau lingkungan berapa gitu kalo di medan. Lebih jelasnya tanya mbah gugel aja ya). Contohnya kayak di objek wisata ikan banyak di kumpulan. Disitu ada batas-batas ikan tidak boleh diambil, jadi disana banyak ikan ngumpul muncul kepermukaan untuk diberi makan. Biasanya ada yang jual jangung per bungkus untuk ngasih makan ikan tersebut. Saya udah agak lupa tempatnya, pokoknya kalau dari bonjol mau ke bukittinggi nanti jumpa simpang tiga di kumpulan. Nanti kita belok kanan mau ke ladang panjang, tigo nagari. Bagi teman-teman yang tahu bisa cerita di komentar :) Masyarakat adat setempat percaya jika ada orang yang melanggar aturan tersebut, maka orang tersebut akan terkena musibah berupa penyakit, seperti sakit perut hebat atau perut membuncit bahakn hingga kematian (untuk tambahan, ini sumbernya dapat dibaca disini & disini. Bagi pembaca juga boleh bercerita kok di komentar). 

Back to laptop, kami bergerak jam 7 lewat kami bergerak menuju tkp dan acara sudah dimulai. Langsung saja ayah langsung nyebur ke sungai untuk menjala ikan. Kalau tugas saya hanya melihat dari jauh + foto-foto wkwk. Sayangnya hingga jam 9 kami belum dapat ikan satu pun. Jadi kami pulang hanya membawa foto-foto.

Foto-foto dulu

Pada tanggal 21 juli, di daerah hilir sungai nagari ganggo mudiak, kebetulan dekat dari rumah nenek jadi kami hanya tinggal jalan. Nagari tersebut membuka larangan mengangkap ikan. Agar mendapat ikan yang banyak, kami pun bergerak pagi-pagi jam 6 ke tkp. Ketika sampai saya melihat banyak orang mempersiapkan jalanya di pinggir sungai sebelum acara dimulai. Tampak orang-orang saling berinteraksi dan bersosialisasi. Ada banyak orang yang berjualan makanan. Kebetulan kami belum sarapan jadi kami membeli lontong sebelum memancing. Sebelum acara memancing ikan larangan dimulai, tampak beberapa tokoh adat yang berteriak-teriak. Saya pun tidak begitu mengerti maksud teriakan tersebut. Mungkin saja untuk memanggil ikan, wkwk. Ketika tali pembatas dibuka langsung orang-orang ramai berlarian masuk ke dalam sungai termasuk ayah saya. Seperti biasa saya hanya melihat di pinggir sungai sambil foto-foto. Nasib beruntung berada pada kami, rasanya senang kali ketika ayah saya dapat ikan yang pertama. Hal ini membuat ayah saya semakin semangat untuk memancing ikan. Hingga jam 10 lewat tak terasa ayah saya sudah dapat banyak ikan. Kami pun pulang dengan banyak ikan untuk dimakan di rumah nenek + foto-foto juga wkwk.


Hari kedua, Ayah saya menyipakan jala sebelum beraksi



Orang-orang menunggu di pinggir sungai


Orang-orang nyebur ke sungai

Pada tanggal 25 juli, tepatnya hari sabtu, ada di suatu nagari buka larangan. Ayah saya ingin sekali ikut memancing ikan larangan di tempat itu karena ketagihan. Namun sayang karena adik saya mau sekolah maka kami harus sampai di Binjai di hari minggu biar ada waktu istirahat.

Mungkin itu saja cerita yang terlalu pendek in yang bisa saya tulis, jujur saja kurang pandai menulis dan berkata-kata. Jadi saya bercerita hanya inti-intinya. Lagi pula tulisan ini hanya untuk memenuhi tugas kuliah saya. Maafkan daku jika ceritanya membosankan :) Dari pengalaman saya ketika di kampung, adanya kepercayaan masyarakat tentang "ikan larangan" membuat alam dan ikan-kan di sungai terjaga kelestariannya. Karena ikan mempunyai waktu satu tahun untuk berkembang biak. Kebiasaan masyarakat bonjol akan larangan tersebut menjadi objek wisata serta memberikan penghasilan kepada masyarakat untuk kesejahteraan bersama. Sehingga ekonomi masyarakat tersebut meningkat.


Foto ikan pertama yang di dapat ayah saya 
Bagi teman-teman yang ingin menambahkan atau mengoreksi kesalahan saya bisa beri tahu saya di kolom komentar. Atau bagi teman-teman yang mempunyai tradisi seperti yang saya ceritakan di luar sumatera barat boleh dong cerita.

4 Komentar

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan :)

  1. Rame Rame Nangkep Ikan Seru bang ...

    BalasHapus
  2. Wew! Seru banget tuh.. coba aja di tempat saya ada tempat seperti itu! :(

    BalasHapus
  3. wih hayu atulah kuy otw nih :D ajak temen :D

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan :)